Di suatu desa
yang sepi dan sunyi, jauh dari gemerlap lampu malam yang terang benderang.
Waktu itu matahari pagi terbenam di sebelah barat. Hujan sangat deras waktu itu
dan bahkan banjir. Pada saat itulah di rumah sakit kecil milik seorang warga
yang berbaik hati membukakan pintu demi terlahirnya anak yang berbeda dan luar
biasa. Tepat pukul 19:25 hari Selasa Kliwon 12 Desember 1995 lahirlah bayi imut
nan lucu yang melegakan seluruh keluarga kecil itu.
Perkenalkan
anak itu adalah aku. Halwa Latief Naja. Anak yang diingikan orang tuanya
menjadi anak yang manis, lembut dan berhasil. Latief panggilanku. Aku lahir di Pacitan. Aku anak ke-2 dari 4
bersaudara. Aku anak blasteran Pacitan(ayah) dan Klaten(ibu). Ayahku bernama
Nuruddin dan Ibuku bernama Kirkiyem. Kakakku bernama Masyrifah Ayu Azny, dan
adikku Yusuf Qithfirul Aziz dan Ulfa Zada Rosyida. Orangtuaku kini mendiami
surga yang kami namakan gubuk di Gesingan, RT 01/VIII, Tulakan, Kecamatan
Tulakan, Kabupaten Pacitan. Sedangan anak-anaknya telah berpetualang di negeri
antah berantah.
Sejak
aku lahir sampai sekarang banyak pengalaman yang menghampiri kehidupanku. Mulai
dari umur 9 bulan aku sudah bisa jalan sendiri tanpa bantuan orang tua. Aku mempunyai
teman sebaya yang umurnya hanya terpaut 6 bulan, yaitu anaknya Pakdeku, namanya
Muhammad Zamroni Habib Aminuddin. Dia temanku satu perjuangan dan teman paling
akrab sampai habis SMP nanti. Dia teman yang asyik. Sering kami menghabiskan
waktu berdua dengannya. Main di sawah, mandi di sungai, mencari ikan di kolam,
main layangan. Temanku yang sebaya lain adalah kakak ponakan ku bernama
Muhammad Yunus dan adikku sendiri Yusuf Qithfirul Aziz. Wajar kalau kami
bermain di sawah, sungai karena kami di desa yang sangat terpencil, jauh dari
kata kota dan gemerlap lampu malam. Aku
masuk pendidikan waktu umur 5 tahun pada tahun 2000/2001 yaitu di TK Busthanul
Athfal Tulakan. Aku mulai dari TK jalan kaki berangkat dan pulangnya, sekitar
6km PP. Sangat disayangkan memang, terlahir jauh dari sekolah dan ternyata aku
setahun belum bisa tulis dan hitung. Walhasil aku hobi membaca tulisan apa aja,
mulai dari koran, tabloid, majalah. Sifatku yang ingin tahu semua hal menutupi
kekuranganku dalam tulis hitung. Untung ayahku sangat pintar dan sangat sabar
menjawab semua pertanyaanku sampai sampai dalam mengisi TTS pun aku tanya semua
pada ayah. Sangat luar biasa.
Karena ayahku
tidak ingin aku lama-lama di TK aku dimasukkan ayah ke MIN Tulakan setelah 1
tahun di TK. Ya, pada tahun 2001/2002 aku memulai sekolah dasarku. Aku masih
ingat bagaimana orang tuaku sangat khawatir di hari pertama aku masuk sekolah
mengingat aku belum bisa tulis hitung. Namun seolah itu semua sirna ketika aku
pada suatu hari Kepala Sekolahku yang kebetulan Pakdeku bilang ke ayahku, “Nur,
Anakmu tidak usah kut pelajaran kelas 1 aja, dia sudah layak ikut pelajaran
kelas 6, Lha gurunya saja belum selesai nulis soal matematika yang penjumlahan
dia sudah selesai menjawab”. Aku bersyukur, Alhamdulillah Allah. Dan penerimaan
hasil belajar pada semester 1 kelas 1 pun tiba. Ayahku yang mengambil dan
katanya aku peringkat 2. Sangat gembira waktu itu. Tetapi ayahku tidak puas
karena peringkat 1 nya anak perempuan, namanya Anze Meidasasi. “Bagaimana kamu
ini kok bisa kalah sama anak putri, mau jadi apa kamu nanti?inagtlah kamu hanya
anak desa yang tidak punya apa-apa kecuali otak dan pikiranmu” begitulah kira
kira perkataan ayah. Aku pun belajar lebih sungguh sungguh lagi. Dan kenaikan
kelas pun aku bisa mengaahkan sainganku utama. Tapi itu tidaklah lama karena
smester 1 kelas 2 aku tersalip lagi. Tetapi ternyata aku dapat giliran setiap
kenaikan kelas, dan dia di semester 2 sampai kelas 6 sekolah dasar. Banyak
kenangan tak terlupakan di jenjang sekolah dasar ini. Seperti mulai kelas 2 aku
sudah menjadi pengisi tetap acara perpisahan kakak kelas 6, ada juga ketika aku
kelas 5, aku mendapat kesempatan merasakan bagaimana lomba Pramuka tingkat
Kabupaten Pacitan walaupun kami cuma mendapat pengalaman. Oh ya, selain
pramuka, hobiku adalah bermain catur, membaca. Sampai sampai aku punya
perpustakaan pribadi di rumah. Setelah perjalananku dari kelas 1-5 selesai maka
kulangkahkan kakiku pada kelas 6, aku mulai fokus persiapan ujian, baik ujian
sekolah maupun ujian nasional. Tak kurasa aku sudah selesai melaksanakan tugas
akhirku sebagai muris sekolah dasar. Tinggal banyak doa. Sudah menjadi
kebiasaan sekolah kami melepas muridnya dengan acara perpisahan bersamaan
dengan pengumuman hasil Ujian Nasional di depan orang tua kami. Deg.. deg..
begitulah kira kira degup jantung kami waktu itu. Sangat tidak disangka aku
yang dulunya anak ingusan, anak desa, tidak bisa tulis hitung waktu pengumuman
Ujian Nasional mendapat peringkat 1 se- MIN Tulakan dan peringkat 2
se-Kecamatan Tulakan. Aku pun disalami sama anak putri waktu turun dari panggung. Namanya Mega Dewi
Widiyanti dan juga Anze Meidasasi, Dhona Hidayati, Lina Yulianingtyas, karena mereka
memang teman dekatku yang sejalan pulangnya. Aku menangis bahagia di hadapan
ibukku waktu sampai rumah. Sungguh ibuku juga sangat bangga dengan anak yang 1
ini.
Entah
bagaimana caranya aku tiba tiba terdampar di sebuah kota yang sangat jauh bagi
anak lulusan sekolah dasar yang sangat terpencil.